ANALISIS SOSIAL

on Selasa, 02 Agustus 2011
Ansos:
Sebuah Metodologi

Analisis Sosial (ansos) merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan untuk mengetahui dan mendalami realitas sosial. Ada dua pendekatan dalam ansos, yakni pendekatan akademis dan pendekatan pastoral. Pendekatan akademis mempelajari/mengkaji situasi sosial khusus dengan cara-cara yang benar-benar abstrak dan objektif, memerinci semua elemennya agar dimengerti dengan jelas. Sedangkan pendekatan pastoral memandang realitas dalam keterlibatan historis, mempertimbangkan situasi untuk bertindak. Sehingga ansos bukanlah sekedar ungkapan ilmu pengetahuan, akan tetapi ansos dilakukan lebih pada tujuan untuk diabdikan pada tindakan keadilan.

Ansos dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan kulturalnya. Ansos berperan sebagai perangkat yang memungkinkan kita menangkap dan memahami realitas yang sedang kita hadapi. Ansos menggali realitas dari berbagai dimensi. Kadang memusatkan pada masalah-masalah khusus seperti masalah pengangguran, inflasi, atau kelaparan. Dalam kesempatan lain berpusat pada kebijakan-kebijakan yang tertuju kepada masalah-masalah tersebut. Ansos memungkinkan seseorang mempelajari dan menyelidiki lebih jauh struktur dari lembaga-lembaga ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan, karena dari struktur lembaga-lembaga tersebut munculnya masalah-masalah dan ke sana pula berbagai kebijakan tertuju.

Ansos memusatkan diri pada system sosial yang perlu dianalisis dari dimensi waktu (analisis historis) maupun menurut ruang (analisis struktural). Analisis historis mengkaji perubahan-perubahan sistem sosial dalam kurun waktu. Adapun analisis struktural menyajikan bagian yang representatif dari kerangka kerja dari sebuah sistem dalam momen waktu tertentu. Kedua analisis tersebut mesti dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh.

Dalam analisis, pada akhirnya kita akan dapat membedakan antara dimensi-dimensi objektif dan subjektif realitas sosial. Dimensi objektif mencakup berbagai organisasi, pola-pola perilaku, dan lembaga-lembaga/institusi yang memuat ungkapan-ungkapan structural secara eksternal. Sedang dimensi subjektif menyangkut kesadaran, nilai-nilai, dan ideologi. Unsur-unsur tersebut harus dianalisis untuk memahami berbagai asumsi yang aktif bekerja dalam situasi sosial yang ada.

Namun, yang perlu diingat adalah bahwa ansos memiliki keterbatasan-keterbatasan dan bukanlah jawaban atau remedi permasalahan sosial, melainkan sebuah metodologi atau perangkat untuk realitas sosial.


Lingkaran Pastoral/
Lingkaran Praksis

Ansos dilakukan dengan merujuk pada hubungan yang erat antara:

1. Pengalaman pemetaan masalah
2. Pengalaman analisis sosial
3. Pengalaman refleksi teologis
4. Pengalaman perencanaan pastoral

Karena menekankan pada hubungan yang terus-menerus antara refleksi dan aksi, maka prosesnya sering disebut sebagai lingkaran pastoral atau lingkaran praksis, yang digambarkan sebagai berikut.




Analisis sosial Refleksi teologis


Pengalaman


Pemetaan masalah Perencanaan pastoral


Momen Pemetaan Masalah

Momen pertama dalam lingkaran pastoral dan merupakan dasar tindakan pastoral adalah pemetaan masalah (insertion). Segi tersebut menempatkan letak geografis dari jawaban pastoral kita dalam pengalaman individu dan komunitas nyata. Apa yang dirasa, dialami, dan bagaimana orang-orang menjawabnya merupakan pengalaman yang membentuk data pokok. Kita mendapatkan semua itu dengan menempatkan pendekatan kita sedekat mungkin dengan pengalaman orang kebanyakan.

Dalam pemetaan masalah pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dijawab antara lain: “Di mana dan dengan siapa kita menempatkan diri ketika kita memulai proses ini? Pengalaman siapa yang sedang kita pertimbangkan? Apakah ada kelompok yang ‘dikesampingkan’ ketika pengalaman tersebut didiskusikan? Apakah pengalaman orang-orang miskin dan tertindas mempunyai peran istimewa dalam melaksanakan proses itu?”


Momen Analisis Sosial

Semua pengalaman tersebut di atas harus dipahami dalam kekayaan seluruh interrelasi yang ada. Itulah tugas analisis sosial (social analysis) sebagai momen kedua dalam lingkaran pastoral. Analisis sosial menyelidiki sebab-sebab, akibat-akibat, menggambarkan kaitan-kaitannya, dan mengidentifikasikan pelaku-pelakunya. Lebih menolong lagi untuk menciptakan suasana “mengalami” dengan memetakan semuanya pada gambar yang besar dan melukiskan semua hubungan yng ada.

Pertanyaan kunci pada momen ini antara lain: “Tradisi analisis mana yang dianut? Apakah terdapat uraian dalam analisis tersebut yang perlu diuji? Mungkinkah menggunakan analisis khusus tanpa menerima ideologi yang menyertainya?”


Momen Refleksi Teologis

Momen ketiga adalah refleksi teologis (theological reflection) yang merupakan upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalami pengalaman yang telah dianalisis itu dalam terang iman yang hidup, kitab suci, ajaran sosial gereja, dan sumber-sumber tradisi. Sabda Tuhan yang terarah ke situasi konkret tersebut melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru, memunculkan gagasan-gagasan baru dan membuka jawaban-jawaban baru.

Pertanyaan kunci pada momen ini antara lain: “Asumsi-asumsi metodologis apa yang mendasari refleksi teologis? Dalam hubungan macam apakah analisis sosial tersebut menunjang teologi? Sebagai unsure pelengkap atau unsur pembantu? Seberapa dekat teologi terkait dengan situasi sosial yang ada?”


Momen Perencanaan Pastoral

Karena tujuan lingkaran pastoral adalah melaksanakan putusan dan tindakan, maka momen keempat yang sangat penting adalah perencanaan pastoral (pastoral planning). Dalam terang pengalaman-pengalaman yang telah dianalisis dan direfleksi tersebut, akan muncul pertanyaan pokok: “Jawaban apa yang dikehendaki oleh individu dan komunitas?”, “Bagaimana jawaban tersebut harus direncanakan atau disusun agar menjadi efektif tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang?”

Dan dalam momen ini perlu diperhatikan pertanyaan-pertanyaan kunci berikut: “Siapakah yang terlibat di dalam perencanaan pastoral? Apakah implikasi-implikasi dari proses tersebut menunjuk jawaban-jawaban yang tepat? Bagaimanakah hubungan antara kelompok-kelompok yang melayani dan yang dilayani?”

Tindakan pada situasi khusus melahirkan pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman-pengalaman tersebut pada gilirannya menuntut lagi perantara lebih lanjut melalui pemetaan masalah, analisis, refleksi dan perencanaan. Dengan demikian lingkaran pastoral terus berkembang sehingga lebih merupakan gerak spiral ketimbang sebuah lingkaran. Tiap langkah tidak sekedar memperbaharui langkah-langkah terdahulu, tetapi mematahkan landasan-landasan baru.


Langkah-langkah Melakukan Ansos

Sebagai sebuah metodologi, ada beberapa kemungkinan skema atau pola yang dapat dilakukan untuk ansos. Berikut adalah salah satu yang dapat diterapkan, meliputi : perubahan-deskripsi-analisis-dan kesimpulan.

1. Konversi

Langkah pertama dalam melakukan ansos adalah menyingkap dan memperjelas nilai-nilai yang mendorong kita melakukan tugas itu. Berarti kita harus ‘bersentuhan’ dengan berbagai perspektif, praduga, pendirian-pendirian yang mempengaruhi soal jawab yang kita lakukan dan penilaian-penilaian yang kita buat. Karena dalam realitanya tidak ada analisis yang ‘bebas nilai’ sama sekali.

Kita melakukannya dengan mempertanyakan sendiri asas-asas. Apakah keyakinan dan nilai-nilai dasar kita? Apakah dasar perbedaan tindakan-tindakan kita? Manakah tindakan yang mempunyai pengaruh terbesar pada berbagai masalah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menyingkap pendirian yang menjadi titik tolak kita dalam melakukan ansos.

Kita juga harus merumuskan dimensi-dimensi kitab suci dan ajaran sosial gereja yang mempengaruhi analisis kita. Misalnya, kesucian pribadi manusia dan penghargaan konsekuen terhadap martabat manusia mengandung arti bahwa pertanyaan pokok yang akan selalu kita ajukan dalam situasi apa pun adalah “Bagaimanakh rakyat?” Dan secara khusus kita akan bertanya: “Apa yang terjadi pada kaum miskin?” Itu benar karena ‘pilihan bagi kaum miskin’ merupakan sikap dasar dari perspektif dan jawaban kristiani terhadap realitas sosial. Dalam arti tertentu kita dapat menyatakan bahwa kaum miskin menyajikan ‘hermeneuse istimewa’ atau pokok interpretasi paling utama dalam pemahaman kita tentang dunia dewasa ini.

Langkah pertama metodologi praktis bagi ansos disebut “perubahan”, karena menunjukkan pembalikan nilai-nilai. Langkah ini berfungsi sebagai jalan yang membuka kita pada unsur-unsur yang lebih penting daripada situasi yang sedang kita kenali dengan menempatkannya dalam konteks permasalahan dasar yang menuntun kita. Dengan dilaksanakan dalam sebuah kelompok, langkah ini juga memperjelas persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang akan mempengaruhi pembahasan selanjutnya.

2. Deskripsi

Langkah berikutnya yang harus dilaksanakan dalam ansos ialah membuat deskripsi umum dari situasi yang sedang kita coba pahami. Hal ini dapat kita lakukan dengan mengumpulkan berbagai fakta dan trend melalui brainstorming dan cerita-cerita yang bersentuhan dengan pengalaman-pengalaman rakyat. Apa yang sedang terjadi pada situasi-situasi tersebut? Apa yang diungkapkan dalam gambar-gambar dan foto-foto situasi tersebut? Bagaimana kita membahas masalah-masalah yang paling menyolok dari situasi tersebut?

Deskrispsi juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan semua keterangan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kuesioner juga dapat dipergunakan untuk menyelidiki berbagai realitas sosial tersebut. Manakah kategori yang penting? Manakah unsur yang paling membantu kita untuk menjelaskan situasi tersebut?

Dalam deskripsi kita belum melangkah ke arah penyelidikan yang lebih dalam tentang situasi khusus tersebut, kita juga belum mencoba memahami hubungannya dengan situasi sosial yang lebih luas dan umum. Kita belum membuat evaluasi dan mengambil kesimpulan dalam arti melakukan analisis eksplisit dan formal.

Langkah deskripsi dilakukan untuk membantu kita memasuki gambaran, bersentuhan dengan pengalaman situasi tersebut, dan mulai juga menunjukkan unsur-unsur yang lebih penting. Dalam langkah deskripsi ini kita juga bisa makin memperjelas apa yang pertama-tama menggerakkan kita untuk menyelidiki sistem tersebut.

3. Analisis

Setelah membuat deskripsi singkat tentang situasi, langkah berikutnya adalah analisis yang lebih formal. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan historis dan strukturalnya, kita dapat melakukannya dengan menganalisis sejarah, struktur-struktur, nilai-nilai, dan arah situasi yang sedang kita analisis.

a. Analisis Sejarah Situasi

Manakah garis utama dari sejarah situasi tersebut?

Kita memandang situasi dengan mata kesadaran historis dan mulai mengenali pengaruh masa lalu yang melatarbelakangi keadaan sekarang (situasi tersebut). Misalnya:

1. “Manakah tahap (periode) utama yang merupakan langkah-langkah situasi tersebut?
2. Pola gerak perkembangan mana yang dapat diamati?
3. Peristiwa besar manakah yang telah mempengaruhi perjalanan sejarah situasi tersebut?

b. Analisis Struktur-struktur

Manakah struktur utama yang mempengaruhi situasi tersbut?
Pelbagai struktur membentuk situasi dengan berbagai macam cara, seperti lembaga, proses dan pola yang menentukan faktor-faktor dalam akibat realitas sosial. Beberapa struktur cukup jelas, beberapa yang lain tersembunyi. Tetapi semuanya saling berkaitan satu sama lain. Misalnya:

1. Manakah struktur ekonomi pokok yang menentukan bagaimana masyarakat mengatur sumber-sumber daya? (produksi, distribusi, transaksi, konsumsi, modal, tenaga kerja, teknologi, pemusatan-pemusatan dan gabungan-gabungan perusahaan, kebijakan-kebijakan pajak, suku bunga, dan sebagainya)
2. Manakah struktur politik pokok yang menentukan bagaimana masyarakat mengatur kekuasaan? (prosedur pembuatan keputusan, akses pengaruh publik, konstitusi, partai, pengadilan, militer, kelompok-kelompok, lobi-lobi, pola-pola partisipasi, dan sebagainya)
3. Manakah struktur sosial utama yang menentukan bagaimana masyarakat mengatur hubungan-hubungan (selain hubungan-hubungan ekonomi dan politik)? (keluarga, marga, suku, lingkungan sekitar, pendidikan, rekreasi, jaringan komunikasi, media, pola-pola bahasa, dan sebagainya).
4. Manakah struktur budaya pokok yang menentukan bagaimana masyarakat mengatur ‘makna dan nilai’? (agama/kepercayaan, simbol-simbol, mitos, impian, kesenian, musik, cerita rakyat, gaya hidup, tradisi-tradisi, dan sebagainya).

c. Analisis Nilai-nilai

Manakah nilai kunci yang bekerja dalam struktur tersebut?

Dalam analisis ini kita membicarakan tentang nilai-nilai sebagai cita-cita yang menggerakkan masyarakat, ideologi-ideologi, dan norma-norma moral yang menuntun, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan yang ada dalam masyarakat, titik berat sosial yang dapat diterima dan telah diterima. Tentunya semua itu berkaitan erat dengan struktur-struktur budaya. Misalnya:

1. Siapakah pembawa nilai-nilai dalam masyarakat? (pribadi-pribadi manusia, model-model peranan, lembaga-lembaga, dan sebagainya)
2. Apa saja nilai-nilai yang bergam tersebut? (kehidupan, umur tua-masa muda, kesatuan-keanekaragaman, individualis-komunitas, persaingan-kerja sama, materialisme-spiritualisme, penumpukan-pembagian, kuasa dan pengaruh-pelayanan, partisipasi-ketaatan, kebebasan-hukum dan ketertiban, kemajuan-stabilitas, pembaharuan-tradisi, keadilan-keamanan, perdamaian-kekerasan, persamaan-hierarki)

d. Analisis Arah Situasi ke Depan

Bagaimanakah arah masa depan situasi tersebut?
Memandang masa depan sebenarnya bisa lebih menyingkapkan situasi masa kini ketimbang masa depan itu sendiri. Itu berarti, pelaksanaan masa depan dari ‘skenario-skenario’ yang sedang kita bayangkan memberi kita wawasan ke arah dinamika dari apa saja yang sebenarnya terjadi sekarang. Misalnya:

1. Manakah trend terpenting yang terungkap dalam situasi tersebut?
2. Apakah kita dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan atas dasar keadaan yang berlangsung dewasa ini?
3. Jika di masa depan segala hal berlangsung seperti sekarang, bagaimanakah keadaan dalam 10 tahun nanti?
4. Manakah sumber kreativitas dan harapan yang ada sekarang untuk masa depan?

5. Kesimpulan

Langkah terakhir dari ansos adalah menarik kesimpulan agar dapat melihat dengan tajam unsur-unsur terpenting dalam situasi kini. Hal tersebut menuntut kita untuk memeriksa kembali jawaban-jawaban pertanyaan di atas dengan menggolong-golongkan dalam unsur-unsur ‘akar’.

Unsur ‘akar’ merupakan penyebab paling mendasar dalam sebuah situasi (penyebab-penyebab kausal), berbeda dengan gejala-gejala atau akibat-akibat belaka dari sesuatu yang lebih dalam. Semua itu merupakan jawaban yang akhirnya muncul jika kita terus-menerus mengajukan pertanyaan “mengapa”.

Untuk menemukan unsur ‘akar’ kita harus mendahulukan faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi situasi tiap-tiap kategori analisis (sejarah, struktur, nilai-nilai, dan arah). Misalnya, satu atau dua peristiwa historis manakah yang paling membentuk keadaan dewasa ini? Faktor ekonomis, sosialdan kultural manakah yang paling menentukan cara kerja sistem yang ada? Manakah nilai yang mempunyai pengaruh terbesar bagi cara orang-orang bertindak? Manakah trend yang paling mengkin nampak di masa depan?

Dengan berusaha sekuat tenaga menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu, kita akan merasakan perlunya mengenali beberapa kriteria yang kita pakai untuk menyimpulkan bahwa beberapa unsur lebih mendasar di banding yang lain.

Jika berbagai unsur telah diprioritaskan dalam ‘akar’, maka perlu dilakukan usaha berikutnya, yakni penggolongan tingkat, lalu menarik beberapa kesimpulan dengan misalnya menjawab pertanyaan berikut.

1. Manakah dua atau tiga unsur ‘akar’ yang paling bertanggung jawab terhadap situasi yang sedang terjadi dewasa ini?
2. Demi kepentingan siapa unsur-unsur ‘akar’ itu bekerja?
Kesimpulan-kesimpulan kita peroleh akan sangat bergantung pada bermacam-macam faktor, misalnya kompleksitas relatif dari situasi yang sedang kita selidiki, ketetapan dan memadainya data yang tersedia bagi kita, ketepatan pertanyaan kita, kriteria yang mempengaruhi penilaian kita atas unsur-unsur ‘akar’, dan sebagainya. Namun, kita akan mendapatkan keuntungan dapat menyingkap situasi dan memperlihatkan penyebab-penyebab, akibat, kaitan trend, dan dimensi yang berhubungan. Akan tersedia gambaran yang menyeluruh: dinamis dalam sebuah perspektif historis dan saling terkait dalam sebuah perspektif struktural.

Ansos dengan Pendekatan Sederhana

Pendekatan ini berlangsung melalui 10 pertanyaan yang masing-masing mempunyai kesejajaran dalam langkah-langkah yang lebih terperinci dalam metodologi. Pendekatan ini efektif dalam beberapa kelompok kecil yang justru sedang mulai menggali realitas social wilayah mereka. Gerak maju lewat 10 pertanyaan ini akan menyingkap situasi dan merangsang keinginan untuk mengadakan analisis yang lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan berikut menjadi jalan masuk ke arah usaha-usaha yang lebih mendalam.

1. Apa yang Anda ketahui tentang situasi yang ada di sini sekarang ini? Apa yang sedang dialami rakyat?
2. Perubahan-perubahan apakah yang tengah terjadi dalam 20 tahun terakhir ini? Manakah peristiwa yang paling penting?
3. Apakah pengaruh uang terhadap situasi kita? Jelaskan !
4. Siapakah yang membuat keputusan terpenting di sini? Jelaskan !
5. Manakah hubungan terpenting yang ada dalam masyarakat sekarang ini? Jelaskan !
6. Manakah tradisi masyarakat yang paling penting? Jelaskan !
7. Apa yang paling dikehendaki orang dalam hidupnya? Jelaskan !
8. Apakah yang akan terjadi dalam 10 tahun ke depan jika segalanya tetap berlangsung seperti sekarang ini? Jelaskan !
9. Manakah penyebab terpenting dari situasi dewasa ini? Jelaskan !
10. Apa yang Anda pelajari dari semua itu?

Untuk memulai melakukan ansos ada beberapa kuesioner (terlampir) yang dapat digunakan sebagai alat bantu. Dan agar pemahaman kita lebih mendalam referensi berikut dapat dipelajari lebih lanjut. Semoga bermanfaat.

Pro Ecclesia et Patria !!!

Referensi:

1. Holland, Joe & Henriot, Peter, SJ, 1986, Analisis Sosial & Refleksi Teologis, Yogyakarta: Kanisius
2. Banawiratmo, Berteologi Sosial Lintas Ilmu

*****

0 komentar: