CULTURAL STUDIES

on Selasa, 05 Juli 2011
Istilah Cultural Sudies pertama kali dipopulerkan oleh Stuart Hall professor sosiologi di Open University, Milton Keynes, Inggris. Hall mengkritik para ilmuwan komunikasi yang mayoritas menggunakan pendekatan empiris, kuantitatif, dan cenderung hanya melihat hubungan kausalitas dalam praktek komunikasimassa. Menurutnya, mereka gagal untuk melihat apa yang seharusnya menjadi penting di dalam pengaruh media massa terhadap masyarakat. Pengaruh media massa tidak dapat dilihat hanya melalui survey terhadap pembaca surat kabar, pendengar radio atau penonton televisi. Karena persoalannya ternyata lebih dari itu.
Hall sendiri banyak dipengaruhi oleh pemikiran Marxis yang melihat bahwa terdapat hubungan kekuatan atau kekuasaan dibalik praktek masyarakat, terutama dalam praktek komunikasi massa dan media massa. Hall juga mengkriitk para ilmuwan yang hanya sekedar mampu menggambarkan tentang dunia, akan tetapi tidak berusaha untuk mengubah dunia tersebut ke arah yang lebih baik. Tujuan Hall dan para ilmuwan dari Teori Kritis adalah memberdayakan dan memberikan kekuatan kepada masyarakat yang termarjinalkan atau terpinggirkan terutama dalam ranah komunikasi massa.
Hall yakin bahwa fungsi media massa pada dasarnya adalah untuk menjaga kelanggengan kekuasaan yang dominan. Media penyiaran maupun media cetak hanya dimiliki oleh sekelompok orang. Media juga dianggap mengeksploitasi pihak-pihak yang miskin dan lemah.
Hall mengklaim bahwa banyak penelitian komunikasi gagal untuk mengungkap pertarungan kekuasaan dibalik praktek media massa tersebut. Menurutnya adalah kesalahan jika memisahkan komunikasi dari disiplin ilmu-ilmu lainnya. Jika hal tersebut dilakukan maka kita telah memisahkan pesan komunikasi dengan ranah budaya di mana seharusnya mereka berada. Oleh karena itu, karya Hall lebih disebut sebagai Cultural Studies daripada Media Studies.
Pada tahun 1970an Hall mendirikan Center for Contemporerary Cultural Studies (CCCS) di University of Birmingham. Di bawah pimpinan Hall, CCCS mengusung misi untuk memberikan gambaran tentang pertarungan antara “yang memiliki kekuasaan dan yang tidak memiliki kekuasaan”. Tujuannya utamanya adalah untuk merebut sedikit “ruang” di mana agar suara-suara pihak yang termarjinalkan dapat dan bisa terdengar di dalam praktek komunikasi.
Ketika Hall mengusung tujuan untuk membuka kedok praktek ketimpangan kekuasaan di dalam masyarakat, Hall mengatakan bahwa pendekatan cultural studies baru dapat berhasil jika kita penelitian media yang gagal mengkaitkan diri dengan ideologi di balik raktek media massa. Hall menginginkan agar membebaskan masyarakat dari ketidaksadaran akan dominasi ideologi didalam budaya kita sehari-hari. Cultural Studies mencoba untuk membangkitkan kesadaran kita akan peran media massa dalam memelihara status quo.
Cultural Studies pada dasarnya adalah pemikiran yang rumit. Hall banyak dipengaruhi oleh pemikiran dalam ide tentang determinisme ekonomi, analisis teksual dalam studi semiotika, dan terutama pemikiran tentang kritik filsafat/bahasa-nya Michel Foucault.
Frankfurt School sendiri menyatakan bahwa media massa, baik itu berita maupun tayangan hiburan, pada hakikatnya memberikan gambaran tentang dunia dari sudut pandang sistem kapitalis. media cenderung perspektif status-quo tersebut dalam berbagai produk media massa yang pada nantinya mengubah media menjadi industri budaya (culture industries). Hall juga mengadopsi konsep hegemoni. Menurutnya, terjadi hegemoni–penguasaan atau dominasi satu pihak oleh pihak yang lain–terutama dalam peran budaya dalam praktek media massa. Praktek hegemoni ini tidak melulu bersifat disadari, koersif, dan memiliki efek yang total. Meskipun tayangan media massa itu beragam namun pada dasarnya mengarahkan kepada perspektif yang cenderung kepada standar yang dimiliki oleh status-quo itu sendiri. Hasilnya, media massa bukannya merefleksikan apa yang ada di masyarakat, tapi berubah menjadi mampu menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat.

daftar pustaka:
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003

0 komentar: